CoA - Selama bertahun-tahun, Aqua dikenal luas sebagai simbol air pegunungan yang murni dan alami. Bagi banyak konsumen di Indonesia tercinta, merek ini identik dengan kesegaran alam yang terjaga, air yang menetes dari sumber mata air di lereng gunung, dan kualitas yang tidak diragukan. Citra tersebut terbentuk melalui rententan iklan dan kampanye panjang yang menekankan keaslian dan kemurnian, sehingga ketika muncul dua pilihan antara Aqua dan merek AMDK lokal lainnya banyak orang cenderung memilih Aqua tanpa ragu.
Namun, betapa terkejutnya masyarakat ketika muncul pemberitaan melalui sidak di Jawa Barat bahwa sumber air Aqua ternyata berasal dari sumur bor. Temuan ini menimbulkan tanda tanya di kalangan publik, apakah air dari sumur bor masih bisa disebut sebagai “air pegunungan alami”? Meski secara teknis Aqua menjelaskan bahwa airnya diambil dari akuifer dalam yang terlindungi secara alami dan bukan dari sumur bor dangkal, kesan yang terlanjur melekat di benak masyarakat membuat isu ini terasa sensitif.
Dalam era keterbukaan informasi, kejujuran dan transparansi menjadi faktor penting dalam membangun kepercayaan. Masyarakat, tidak hanya menilai dari rasa atau kemasan, tetapi juga dari konsistensi antara citra yang dipromosikan dan kenyataan di lapangan. Ketika klaim “air pegunungan alami” dipertanyakan, hal itu tidak hanya menyangkut persoalan teknis tentang sumber air, tetapi juga menyentuh aspek etika komunikasi dan tanggung jawab merek terhadap publik.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa industri air minum dalam kemasan bukan sekadar urusan produk konsumsi, melainkan juga soal kepercayaan dan keberlanjutan sumber daya alam. Masyarakat kini menuntut kejelasan dari mana air mereka berasal, bagaimana proses pengambilannya, dan sejauh mana perusahaan menjaga keseimbangan lingkungan di sekitar sumber tersebut. Jika kejujuran menjadi bagian dari praktik bisnis, maka kesegaran air tidak hanya terasa di lidah, tetapi juga di hati masyarakat yang mengonsumsinya.
Jadi mari kita jadikan pengalaman ini sebagai pelajaran bahwa jika memang dari sumur bor, berarti kitapun bisa dan layak untuk memulai bisnis air minum dalam kemasan.
