CoA - Kayu selama ribuan tahun telah menjadi bahan utama dalam kehidupan manusia, mulai dari rumah, kapal, hingga peralatan sehari-hari. Namun, kayu alami memiliki keterbatasan: mudah lapuk, tidak tahan lembap, dan kekuatannya masih kalah jauh dibanding logam modern. Kini, sekelompok ilmuwan berhasil mengubah kelemahan itu menjadi kekuatan baru melalui sebuah inovasi bernama BioStrong Wood, kayu rekayasa biologis yang diklaim lebih kuat daripada baja tahan karat.
BioStrong Wood bukanlah kayu alami biasa yang langsung diambil dari hutan. Ia adalah material hasil rekayasa yang dikembangkan oleh tim ilmuwan dari University of the Basque Country (Spanyol), Wuhan University (Tiongkok), dan Chinese Academy of Sciences.
Melalui kombinasi bioteknologi, kimia, dan teknik termomekanik, para peneliti berhasil menciptakan kayu yang memiliki kekuatan tarik di atas 530 MPa, melampaui baja tahan karat standar yang hanya sekitar 520 MPa. Lebih menarik lagi, material ini tetap ringan dan bisa diproduksi dengan biaya sangat rendah.
Kayu ini dibuat dengan melakukan inkubasi menggunakan jamur pelapuk putih (white-rot fungus). Jamur ini berfungsi untuk menguraikan lignin, yaitu zat perekat alami pada kayu, tanpa merusak selulosa. Hasilnya, struktur serat kayu menjadi lebih lentur dan siap untuk dipadatkan. Proses ini meniru cara alami kayu membusuk, namun dikendalikan secara ilmiah.
Setelah proses inkubasi, kayu dicuci dengan larutan alkali ringan. Tujuannya menghentikan pertumbuhan jamur, membersihkan sisa molekul yang bisa melemahkan struktur kayu.
Tahap terakhir adalah menekan kayu dengan suhu >180 °C dan tekanan tinggi. Serat selulosa menjadi sangat rapat, lignin yang tersisa mengalami sintesis ulang membentuk ikatan karbon–karbon baru. Hasil akhirnya adalah kayu padat dengan struktur menyerupai tanduk.
Hasil pengujian laboratorium menunjukkan BioStrong Wood memiliki kelebihan yang luar biasa dibanding kayu alami maupun material buatan lain. Kekuatan tarik >530 MPa dibandingkan baja stainless SAE 304: ~520 MPa. Tiga kali lebih kuat dibanding kayu alami, dan mampu menyerap energi 11 kali lipat lebih banyak sebelum patah.
Kayu ini juga lebih tahan terhadap suhu ekstrim, tidak rapuh pada suhu kriogenik: –196 °C dan tetap stabil hingga suhu panas 120 °C. Sudut kontak air mencapai 140°, artinya sangat sulit ditembus kelembapan. Tidak mudah lapuk meski dalam kondisi lembap.