Awal Mula Tanah Palestina Lepas Dari Kesultanan Turki Ustmani



COA - Pada awal abad ke-20, Palestina berada di bawah kekuasaan Kesultanan Ottoman, entitas besar yang memerintah wilayah tersebut selama berabad-abad. Pada masa itu, geopolitik Timur Tengah semakin dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa global, khususnya Perang Dunia I.


Perang Dunia I (1914-1918):

Pada awal Perang Dunia I, Kesultanan Ottoman bergabung dalam pihak Poros. Namun, situasi berubah ketika Inggris mulai melihat Kesultanan Ottoman sebagai ancaman terhadap kepentingan mereka di Timur Tengah. Kesultanan ini juga berada di tengah-tengah perubahan besar dalam struktur politik dan militer global.


Pemberontakan Arab (1916-1918):

Seiring berkembangnya perang, Lawrence of Arabia (T.E. Lawrence) dan pasukan Arab memberontak melawan Kesultanan Ottoman. Pemberontakan ini, selaras dengan kampanye militer Inggris, berhasil melemahkan kontrol Ottoman di wilayah Arab, termasuk Palestina.


Konferensi Paris dan Pembagian Wilayah (1919):

Pasca-Perang Dunia I, Konferensi Perdamaian Paris menjadi forum untuk menetapkan nasib wilayah-wilayah yang terlibat dalam perang. Kesultanan Ottoman melepaskan kendali atas sebagian besar wilayah Arab, termasuk Palestina. Meskipun ada janji kemerdekaan bagi bangsa Arab, realitasnya mengarah pada pembentukan mandat oleh Liga Bangsa-Bangsa.


Mandat Liga Bangsa-Bangsa dan Kekuasaan Inggris:

Pada tahun 1920, Liga Bangsa-Bangsa memberikan mandat kepada Inggris untuk mengelola Palestina. Mandat ini menghadapi tantangan besar, termasuk meningkatnya imigrasi Yahudi dan protes Arab. Kebijakan Inggris memunculkan ketegangan yang berkepanjangan antara kedua komunitas.


Pemberontakan Arab (1936-1939):

Pada tahun 1936, meletuslah Pemberontakan Arab melawan kebijakan Inggris dan imigrasi Yahudi yang terus meningkat. Meskipun pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh Inggris, dampaknya menciptakan ketegangan yang berlanjut di wilayah tersebut.


Pengaruh Perang Dunia II (1939-1945):

Selama Perang Dunia II, Inggris menghadapi tekanan internasional dan regional terkait konflik di Palestina. Kepentingan strategis Inggris di Timur Tengah, bersama dengan berbagai dinamika geopolitik pasca-perang, membentuk keputusan Inggris untuk menarik diri dari Palestina.


Deklarasi Balfour dan Penetapan Wilayah:

Selama perang, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour pada 1917, menjanjikan "tanah air nasional bagi orang-orang Yahudi" di Palestina. Ini menciptakan dasar politik untuk migrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina.

Akhirnya, Inggris memutuskan untuk menyerahkan nasib Palestina kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tahun 1947, PBB mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua negara, Yahudi dan Arab, dengan Yerusalem sebagai wilayah internasional. Meskipun ini disetujui oleh pihak Yahudi, itu tentu saja ditolak oleh pihak Arab sebab wilayah tersebut adalah milik mereka.

Pada 14 Mei 1948, David Ben-Gurion mengumumkan pembentukan negara Israel, menyusul penarikan Inggris. Serangkaian peristiwa inilah yang membuka babak baru dalam sejarah konflik Israel-Palestina, menciptakan tragedi Nakba dan mengubah tatanan geopolitik wilayah tersebut.

Post a Comment

Previous Post Next Post